top of page
  • SEAMS

Workshop Signifikansi Diselenggarakan untuk Museum dari Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara

Sebagai bagian dari Australia-Indonesia Museums Project (AIM), sebuah pelatihan online tentang pendekatan signifikansi objek museum diadakan pada tanggal 31 Maret 2022. Lokakarya ini mempertemukan dua puluh (20) peserta dari tiga belas (13) museum dari seluruh Aceh, Barat Sumatera dan Sumatera Utara. Workshop online ini diselenggarakan oleh Museum Aceh.


Andrew Henderson, SEAMS, mempresentasikan Signifikansi 2.0: Panduan untuk Menilai Pentingnya Benda dan Koleksi Warisan Budaya. Nusi Lisabilla Estudiantin dari Museum Nasional Indonesia (MNI) mempresentasikan studi kasus tentang bagaimana pendekatan signifikansi telah digunakan pada koleksi gelang Aceh dari koleksi MNI. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia mendukung persiapan dan pelaksanaan acara tersebut.


Pelatihan ini memasukkan komponen kerja kelompok dimana peserta menerapkan metode signifikansi secara langsung pada lima objek koleksi Museum Aceh, kemudian mempresentasikan hasil kajiannya di sesi akhir pelatihan.


Objek-objek tersebut antara lain:


Rencong Meupucok: jenis Rencong, yang pada gagangnya terdapat ujung yang biasanya terbuat dari emas.


Lonceng Cakra Donya: Lonceng yang berasal dari kapal perang Sultan Iskandar Muda bernama "Cakra Donya" dan merupakan hadiah dari Laksamana Cheng Ho saat berkunjung ke Nusantara pada tahun 1414 M.


Lempengan Emas Makam Sultan Iskandar Tsani: Beberapa lempengan emas berbentuk bunga dan daun, berfungsi sebagai hiasan makam Sultan Iskandar Tsani yang ditemukan oleh tim pusat penelitian arkeologi nasional pada tahun 1977 di Kandang Gunongan, Banda Aceh.


Kupiah Meukeutob: Dahulu kupiah adat Aceh ini hanya bisa dikenakan oleh kepala adat tetapi sekarang sudah biasa dipakai oleh laki-laki Aceh pada upacara-upacara tradisional.


Rumoh Aceh: rumah adat Aceh yang dibangun oleh F.W. Stemmeshaus pada tahun 1914 untuk mengikuti festival kolonial (De kolonialle teenstooling) di Semarang, kemudian diangkut ke Aceh dan menjadi Museum Aceh.



AIM Project didanai oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan pemerintah Australia melalui Australia-Indonesia Institute dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT). #aimproject #australia #indonesia #museumworkshops

bottom of page